Jurnal Praktikum Kimia Orgnaik I - 08 Kromatografi Lapis Tipis dan Kolom
JURNAL PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I
PERCOBAAN 8
”KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN KOLOM”
DISUSUN OLEH :
NISA APRYLINA (A1C118044)
DOSEN PENGAMPU :
Dr. Drs. SYAMSURIZAL, M.Si
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020
PERCOBAAN 8
I.
JUDUL
: KROMATOGRAFI
LAPIS TIPIS DAN KOLOM
II.
HARI,TANGGAL
:
RABU, 29-April-2020
III.
TUJUAN
:
Adapun tujuan
dari praktkum ini adalah :
1. Dapat
mengetahui teknik-teknik dasar kromatografi lapis tipis
2. Dapat
membuat pelat kromatografi lapis tipis dan kolom kromatografi
3. Dapat
memisahkan suatu senyawa dari campurannya dengan kromatografi lapis tipis dan
memurnikannya dengan kolom
4. Dapat
memisahkan pigmen tumbukan dengan cara kromatografi kolom
IV.
LANDASAN
TEORI
Untuk memisahkan zat dari campuran, ada
beberapa cara yang bisa kita lakukan, salah satunya adalah cara kromatografi.
Cara kromatografi ini merupakan teknik pemisahan yang didasarkan pada kemampuan
zat tersebut diserap oleh zat lain dengan memodifikasi langsung difat fisika
yang dimiliki oleh zat tersebut. Adsorpsi penyerapan merupakan sifat utama dari
kromatografi ini, karena kecenderungan molekul yang melekat pada perukaan
serbuk halus, kecederungan molekul untuk melarut dalam kelarutan dan
kecenderungan molekul untuk menguap. Zat yang dipisahkan disesuaikan dengan
keadaan diatas (Gritter, 2011).
Zat yang akan dipisahkan harus bisa
larut dalam fase gerak dan juga mempunyai kemampuan untuk larut dalam fase diam.
Teknik ini dilakukan karena adanya perbedaan migrasi zat ppenyusun sampel.
Teknik kromatografi ini mempunyai kesamaan dengan pemisahan ekstraksi, dimana
sama memakai dua fase ada fase gerak dan ada fase diam(Alimin,2007).
Ada beberapa jenis teknik dalam
kromatografi ini yaitu yang didasarkan pada fase terlibat, mekanisme, dan
bentuk geometri. Kromatografi kolom, teknik pemisahan dilakukan dengan
menggunakan kolom sebagai alat pemisahan merupakan salah stu tekniknya. Ukuran
kolom yang digunakan disesuaikan dengan zat cair yang dipindakan. Kromatografi
kolom ini untuk memisahkan senyawa organic yang mudah menguap dan memiliki
tingkat kevolatilan tinggi. Tetapi senyawa anorganik juga bisa dilakukan dengan
teknik ini, tetapi jarang digunakan(Yazid,2005).
Diperlukan bahan kimia dalam teknik
kromatografi kolom ini dengan jumlah yang banyak sebagai fase gerak dan diam.
Kekurangan pasti dimiliki oleh setiap teknik pemisahan, sama seperti halnya
dengan kromatografii kolom ini, kekurangannya adalah waktu yang diperlukan
dalam pemisahan berjam-jam, hasil kurang sempurna karena adanya tumpang tindih
pita komponen. Fase gerak yang digunakan hanya bertumpu pada gaya gravitasi
dalam proses alirnya ini penyebab lamanya waktu pemisahan. Terjadinya kontak
langsung antara fase diam dan fase gerak menjadi terbatas karena ukuran
diameter partikel yang cukup besar. Apabila kita memperkecil ukuran partikel
akan terjadi gerakan fasa gerak akan sangan lambat bahkan bisa tidak bergerak
sama sekali(Hendayana,2006).
Perbedaan afinitas yang dimiliki
komponen terhadap fase(gerak dan diam) yang terlibat dapat menyebabkan komponen
penyusun suatu zat terpisahkan. Kemampuan suatu zat untuk diserap oleh fase
diam dan daya larutnya terhadap fase gerak dapat menentukan gaya adesi dari
komponen zat yang akan
dipisahkan(http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/10/325teknik-pemisahan-dengan-khromatografi/).
V.
ALAT
DAN BAHAN
5.1 Alat
1. Pelat
kaca kecil
2. Oven
3. Gelas
piala
4. Batang
pengaduk
5. Cawan
petri
6. Tabung
reaksi
7. Pipa
gelas kapiler
8. Bejana
pengembang
9. Lumpang
10. Rotary
evavorator
11. Pipet
tetes
12. Glass
wool
5.2 Bahan
1. Metanol
2. Silica
gel
3. Aquades
4. Asam
asetat
5. Eter
6. Benzene
7. Kafein
8. Kristal
iod
9. Petrolium
eter
10. Kristal
Na-sulfat Anhidrat
11. Selulosa
12. Kalsium
karbonat
13. Sukrosa
14. Aseton
15. Kertas
saring
VI.
PROSEDUR
KERJA
6.1 Kromatografi Lapis Tipis
6.1.1
Penyiapan
Pelat
1. Dibersihkan
pelat kaca kecil dengan air, lalu dengan methanol, dilap dengan kertas atau
kain kering, kemudian dikeringkan dalam oven pengering
2. Disusun
sebanyak 5 pelat di atas sebuah kaca besar, kemudian direkatkan kedua sisi
deretan pelat kecil tadi dengan pita selotip
3. Disiapkan
suspense silica gel (bubur silica/slurry) dengan mencampurkan 5 gr bahan dan 10
ml methanol atau air suling dalam gelas piala bertutup. Disebarkan suspense
diata pelat dan ratakan suspense keseluruhan permukaan kaca dengan bantuan
batang pengaduk. Sedapat-dapatnya hanya satu gerakan dalam menyebarkan suspense
diatas pelat, agar diperoleh tebal yang rata. Dikeringkan pelat dalam oven
120ºC sekitar 10 menit.
6.1.2
Penyiapan
Bejana
1. Sambil
menunggu dikeringkannya pelat, dibuatlah larutan pengembang dengan komposisi
methanol : asam asetat : eter : benzene (0,10 : 1 : 3 : 5,9) ml dalam gelas
piala berukuran 100 ml
2. Dilapisi
dinding dalam gelas piala dengan kertas saring
3. Ditutup
gelas piala tersebut dengan cawan petri agar lingkungan dalam bejana jenuh
dengan pelarut pengembang.
6.1.3
Penyiapan
Contoh
1. Digeruslsh
dua buah tablet yang mengandung kafein dan diekstraksilah dengan 5 ml metannol
2. Diletakkan
larutan 50 mg kafein standar dalam 1 ml methanol dalam sebuah tabung reaksi
kecil.
3. Cairan
ekstrak obat maupun larutan zat autentik masing-masing diamoli dengan
menggunakan pipa gelas kapiler, lalu dibubuhkan(totolkan) diatas pelat TLC
kecil dengan jarak kira-kira 1 cm satu sama lain dan 1 cm dari tepi pelat
kaca(lihat gambar). Dikeringkan noda sampel dan standar dengan dryer(ditiup),
lalu bubuhkan lagi sampai 3-5 kali dengan setiap kali dikeringkan. Diusahakan
membentuk noda pekat yang kecil.
6.1.4
Pengembangan
1. Dimasukkan
pelat ke dalam bejana pengembang, dijaga agar jangan noda senyawa tidak
terendam dalam larutan pengembang. Dibiarkan proses ini berlangsung sampai
garis dapat pelarut mencapai sekitar 1 cm dari tepi atas pelat.
2. Diangkat
pelat dari bejana, ditandai garis depan pelarut dengan pensil lunak, lalu
keringkan.
3. Dimasukkan
pelat kedalam gelas piala berukuran 250 ml yang berisi butiran Kristal iod, dan
ditunggu sampai pelat menampakkan noda.
4. Diangkat
pelat dan ditandai segera lingkaran noda dengan pensil
5. Dihitung
dan dibandingkan semua Rf yang diperoleh
6.2 Kromatografi Kolom
6.2.1
Penyiapan
Sampel
1. 10
lembar daun dilumatkan dengan lumpang dan direndam selama 1 jam dengan campuran
90 ml petroleum eter (td 60-90ºC), 10 ml benzene dan 30 ml methanol.
2. Disaring
lalu diekstraksi dengan air 4 kali 50 ml.
3. Dipisahkan
lapisan organic
4. Dikeringkan
lapisan ini dengan Kristal Na-sulfat anhidrat.
5. Disaring
lagi.
6. Dipekatkan
lapisan organic dengan bantuan rotavor sampai volume cairan tinggal beberapa
milliliter.
6.2.2
Penyiapan
Kolom
1. Disiapkan
kolom kromatografi dengan sebuah pipet tetes sambil menunggu rendapan daun
2. Disumbat
bagian bawah kolom dengan glass wool
3. Dimasukkan
suspense selulosa(dibuat dari 0,5 gr selulosa dalam 10 ml pelarut petrolium
eter(PE)). Sehingga timbunan selulosa dalam kolom mencapai 3-4 cm.
4. Dimasukkan
suspense kalsium karbonat (1 gr CaCO3 dalam 10 ml PE), juga setinggi
3-4 cm.
5. Dimasukkan
suspense sukrosa ( 2gr sukrosa dalam 10 ml PE) membentuk ketinggian 3-4 cm.
Selama pengemasan kolom.
6. Pelarut
harus terus-menerus diberikan, jangan sampai timbunan penjemp menjadi kering
dan udara masuk.
7. Diletakkan
guntingan kertas saring diantara dan diatas timbunan penjerap untuk menjaga
agar permukaannya tidak terganggu oleh aliran atau sampael yang akan
dimasukkan(lihat gambar)
6.2.3
Kromatografi
1. Setelah
permukaan pelarut turun mendekati penjerap, dimasukkan larutan sampel setinggi
1 cm.
2. Jika
permukaan sampel telah mendekati permukaan penjerap, segera bilas bagian dalam
kolom dengan pelarut campuran PE;aseton (6:1)
3. Pelarut
harus terus-menerus diteteskan kedalam kolom
4. Pemisahan
terjadi terlihat dari sejumblah pita berwarna.
5. Pita
oranye bergerak paling cepat, disusul pita hijau, pita kuning dan hijau.
6. Tetesan
yang keluar dari kolom ditampung dengan beberapa tabung reaksi bersih dan dapat
dipisahkan berdasarkan warnanya. Dihentikan pemberian pelarut bila semua warna
telah keluar dari kolom.
7. Apabila
pemisahan berlangsung baik, akan tampak pita hijau dari klorofil b pada
sukrosa, klorofil a berwarna hijau biru pada sukrosa atau CaCO3.
Pita kuning dari xantofil pada CaCO3 dan pita jingga dari karoten
pada selulosa.
PERTANYAAN
:
1. Berdasarkan
video diatas, mengapa pada langkah ke 7 harus dilakukan pengetukan secara lembut dengan cincin gabus?(video 1)
2. Berdasarkan video 2, eluen yang digunakan
dalam proses pemisahan dengan teknik kromatografi adalah eluen yang telah
dijenuhkan. Bagaimana kita mengetahui perbedaan antara eluen yang telah
dijenuhkan dan yang belum dijenuhkan? Jelaskan!
3. Berdasarkan
video 2 , pada proses kromartografi lempeng KLT yang digunakan untuk pemisahan,
lempeng tersebut diletakkan miring 30º. Apa fungsi diletakkan lempeng KLT
tersebut dengan kemiringan 30º?
Asslamualaikum warahmatullahi wabarakatuh saya Hesti Nurmelis dengan NIM A1C118090 akan menjawab pertanyaan no 2. Kita dapat mengetahui bila eluen itu jenuh adalah dengan meletakkan kertas saring kedalam tabung reaksi yang berisi eluen yang panjang sampai kiranya keluar dari tabung reaksi yang berisikan eleuen kemudian kertas saring dijepit dengan penutup. Lalu jika kertas saring sudah basah sampai batas yang dijepit maka eleun sudah jenuh. Terimakasih
BalasHapusAssalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, saya Sari Bulan NIM A1C118065 akan mencoba menjawab pertanyaan nomor 1, Pelat KLT diletakkan di dalam bejana sedemikian rupa sehingga spot sampel tidak mengenai permukaan eluen di dalam bejana, kemudian bejana ditutup. Pelarut akan mendaki pelat berdasarkan gaya kapilaritas, bertemu dengan campuran sampel dan membawanya naik mendaki pelat (mengelusi sampel/ terlihatlah elusi). Jadi pada percobaan tersebut kemiringan yang bagus atau benar agar spot sampel tidak mengenai permukaan eluen sehingga elusi terlihat seperti yang dijelaskan diatas, maka pelat tersebut diletakkkan dengan kemiringan 30°
BalasHapusHallo nisa, saya Paulina Manurung,Nim 062 akan membantu menjawab pertanyaan no 1 tujuan dilakukan pengerukan ialah agar silika gel n-heksan yang berada didalam kolom lebih memadat dan dilakukan pemasukkan silika gel dengan n-heksan didalam kolom agar kolom yang digunakan dalam keadaan jenuh
BalasHapus